
Sedikit kaum hawa di negeri ini yang memahami perbedaan antara penyakit kista dan miom. Memang, kedua penyakit ini sama-sama semacam tumor yang menyerang organ reproduksi perempuan. Pada tingkat tertentu, kista dan miom bersifat jinak.
Hanya saja, keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Yang pertama adalah lokasi tempat tumbuhnya kista dan miom. Lokasi pertumbuhan kista berada pada indung telur (ovarium). Dus, penyakit ini kerap disebut dengan istilah kista ovarium.
Sedangkan miom tumbuh pada otot rahim kaum perempuan. "Berbeda dengan kista yang tumbuh di luar rahim. Di sini letak perbedaannya," kata Martin Walean, Dokter Kandungan RS Permata Bunda.
Pertumbuhan miom atau istilah medisnya mioma uteri, dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain status hormonal. Hormon mempunyai peran yang sangat penting pada aktivitas rahim, khususnya hormon estrogen.
Hormon estrogen dapat merangsang pertumbuhan tumor yang satu ini. Sebab, pada jaringan miom memiliki jumlah reseptor estrogen yang lebih tinggi dari jaringan otot kandungan. Sehingga, kerap tumbuh lebih cepat pada masa usia reproduksi, terutama pada masa kehamilan.
Yang membuat miom berbahaya adalah karena is dapat tumbuh lebih dari satu lokasi di dalam rahim, dengan berat dan ukuran bervariasi. "Ini menyebabkan gangguan pada rahim," ujar Mulyadi Tedjaprana, Direktur Klinik Medizone.
Perbedaan kedua adalah wujudnya. Bila kista ovarium berbentuk kantong yang berisikan cairan, maka miom berbentuk padat.
Menurut Boyke Dian Nugraha, ahli kandungan dari Klinik Pasutri Tebet, Jakarta, untuk bisa membedakan kista dan miom dapat dilakukan melalui pemeriksaan ultra sonografi (USG) empat dimensi. "Karena cukup sulit membedakan keduanya dengan pemeriksaan konvensional," katanya.
Boyke menambahkan, saat ukuran kista dan miom mulai membesar, diperlukan penanganan khusus, misalnya tindakan pengangkatan laparoskopi dan laparatomy. "Tindakan ini hanya disarankan kepada wanita, yang ukuran kista atau miomnya di atas 5 centimeter," ungkap Boyke.
Meski belum diketahui penyebab munculnya kista maupun miom, Mulyadi Tedjapranata, Direktur Klinik Medizone bilang, bahwa kedua tumor jinak itu dapat dihindari dengan penerapan pola hidup yang sehat dan berkualitas.
Untuk menghindari kedua penyakit itu, saran Boyke, ada baiknya kaum wanita mengurangi asupan makanan yang dapat memicu produksi hormon estrogen, seperti tahu dan tempe, atau kacang kedelai. "Itu bisa merangsang timbulnya miom," tandas Boyke.
Pola hidup sehat lainnya, timpal Mulyadi, mengurangi konsumsi makanan berlemak dan sering mengonsumsi makanan kaya serat. Selain itu, hindari pemberian zat tambahan pada makanan. Yang paling penting adalah rutin berolahraga. "Kebiasaan rokok dan alkohol jelas harus dihentikan. Kalau bisa, juga hindari stres," tegas Mulyadi.
Meski hanya 0,1% dari total kasus tumor jinak ini yang berkembang menjadi kanker ganas, menurut Martin, bukan tidak mungkin, ke depannya akan makin banyak perempuan yang mengidap kista atau miom. "Jika tidak dicegah sedari dini, kista dapat tumbuh jadi kanker ovarium mematikan," kata dia.
Saat ini, menurut Martin, kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus penyakit ginekologi di Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam itu, kanker ovarium merupakan penyakit kelima yang menyebabkan kematian perempuan setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas.
Catatan saja, di AS, sebelum tahun 1998, kasus kanker ovarium pada perempuan berusia di bawah 50 tahun mencapai 5,3 per 100.000 kasus. Angka ini terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 1998 tercatat merudi 41,4 per 100.000 kasus yang menimpa perempuan di atas 50 tahun. (BanjarmasinPost)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar